Peran Pemuda Dalam Pembangunan Umat Dan Bangsa
Ka. KUA Teluk Mutiara |
Masa muda hakikatnya adalah tahapan dimana para generasi penerus akan menjadi harapan bangsa di masa depan. Di tangannya tergantung nasib bangsa.
Syeikh Mushthafa al-Ghalayini berkata :
إِنَّ فِيْ يَدِ الشُّبَّانِ أَمْرَ الْأُمَّةِ وَفِيْ
أَقْدَامِهَا حَيَاتَهَا
Sesungguhnya di tangan pemudalah terdapat urusan umat, dan di kaki mereka
pulalah terdapat kehidupan umat.
Hal ini menunjukkan bahwa baik
tidaknya suatu masyarakat, bangsa dan negara tergantung para pemudanya. Jika
pemudanya baik, negarapun akan baik; sebaliknya jika pemudanya rusak atau
hancur, maka negarapun akan menjadi hancur.
Di dalam Al-Qur’an, Allah SWT mengabadikan sosok pemuda sebagai “agen
perubahan” dan “kebangkitan umat”. Allah Swt berfirman:
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُم بِالْحَقِّ
إِنَّهُمْ فِتْيَةٌ آمَنُوا بِرَبِّهِمْ وَزِدْنَاهُمْ هُدًى
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar.
Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan
Kami tambah pula untuk mereka petunjuk.” (Q.s. Al-Kahfi: 13)
Mereka adalah
sekelompok anak muda berjumlah tujuh orang yang memiliki integritas moral
kepribadian dan iman, yang berjuang
melawan kemungkaran dan berbagai ketimpangan sosial. Mereka adalah para pemuda yang fenomenal yang
dikenal sebagai ‘Ashabul Kahfi’ (penghuni gua).
Jati diri seorang pemuda haruslah dibangun diatas pondasi iman, sebab hal
ini akan membimbing ke arah mana tujuan hidupnya akan berlabuh. Imam Syafi’i berkata
dalam syairnya:
حَيَاةُ الْفَتَى وَاللهِ
بِالْعِلْمِ وَالتُّقَى # إِذَا لَمْ يَكُوْنَا لاَ إِعْتِبَارَ لِذَاتِهِ
Demi Allah, kehidupan seorang
pemuda sebab ilmu dan takwa. Apabila keduanya tidak ada, maka esensi dirinya
dianggap tidak ada nilainya.
Jati diri seorang pemuda haruslah dibangun diatas pondasi iman, sebab hal
ini akan membimbing ke arah mana tujuan hidupnya akan berlabuh. Imam Syafi’i berkata
dalam syairnya:
حَيَاةُ الْفَتَى وَاللهِ
بِالْعِلْمِ وَالتُّقَى # إِذَا لَمْ يَكُوْنَا لاَ إِعْتِبَارَ لِذَاتِهِ
Demi Allah, kehidupan seorang
pemuda sebab ilmu dan takwa. Apabila keduanya tidak ada, maka esensi dirinya
dianggap tidak ada nilainya.
Diantara faktor yang sangat berharga bagi pemuda adalah waktu, yang
dengannya seseorang akan memperoleh ilmu, pengalaman hidup dan kejayaan. Waktu
kosong bila tidak digunakan untuk mencari salah satu dari ketiganya, maka hanya
akan menjadi peluang bagi setan menjerumuskan dengan berbuat dosa dan
kesesatan. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Imam Syafi’i:
وَالنَّفْسُ إِنْ لَمْ تُشْغِلْهَا # بِالْحَقِّ
شَغَلَتْكَ بِالْبَاطِلِ
Demi jiwa manusia, jika engkau
tidak menyibukkan diri dengan kebenaran, maka ia akan menyibukkanmu dengan
kebatilan.
Di zaman modern saat ini, tantangan yang dihadapi para pemuda sangat
besar. Kita tidak secara langsung menghadapi musuh nyata dalam bentuk fisik, tetapi
dimensi lain yang mengancam eksistensi pemuda, dan berimplikasi pada masa depan
bangsa dan negara. Diantaranya gaya hidup materialis, hedonis, individualis,
narsis dan seksis.
Semangat hidup seorang pemuda semestinya penuh dengan idealisme,
cita-cita tinggi dan memiliki karakter anti kemandegan (jumud). Mereka ibarat
darah dan semangat baru yang membutuhkan pengakuan, kepercayaan dan memiliki
dunia sendiri menurut cara pandangnya.
Dengan landasan
nilai iman, sosok pemuda harus menunjukkan spirit pembaruan, perubahan dan
penuh inovasi. Di situlah tempatnya untuk menunjukkan jati diri. Sayyidina Ali
bin Abi Thalib r.a. menggambarkan figur ideal seorang anak muda:
لَيْسَ
الْفَتَى مَنْ يَقُوْلُ كَانَ أَبِيْ # وَلَكِنَّ الْفَتَى مَنْ يَقُوْلُ هَا أَنَاذَا
Bukanlah seorang pemuda yang mengatakan: itulah bapakku; sesungguhnya
pemuda adalah yang (bisa) berkata: inilah aku.
Hal ini mengisyaratkan agar para pemuda mampu menunjukkan bakat,
kemampuan dan prestasi terbaiknya, bukan hanya bermodal latar belakang keluarga
dan berlindung dalam bayang-bayang kebesaran orangtuanya.
Peran pemuda saat ini semakin
besar dan strategis untuk mengawal perjalanan kehidupan bangsa menuju fase
“Indonesia Emas tahun 2045”. Terlebih lagi dengan telah dilantiknya para
pejabat negara, mulai dari DPR, Presiden dan para menteri untuk masa bakti
2024-2029; apakah nanti mampu menjalankan tugasnya dengan benar?
Peran pemuda sebagai generasi
penerus adalah menggantikan generasi tua sekaligus pembaharu dalam tubuh umat,
sehingga benar-benar akan dapat menjadi ‘penyelamat’ masa depan bangsa. Ketika
dijumpai adanya bentuk penyimpangan dan praktek ketidakjujuran di setiap sendi
kehidupan bangsa, maka para pemudalah yang seharusnya tampil di garda terdepan
untuk melakukan perubahan. Pemuda adalah pahlawan, penolong dan pelopor yang
dinantikan bangsa ini.
Pemuda adalah sosok problem
solver, pemberi solusi atas problem (masalah) masyarakat; sebab hati yang
bersih dan otak yang cerdas harusnya berisi banyak ide segar dan inovatif.
Jangan sampai malah menjadi problem maker, yaitu pembuat masalah karena
terjerat berbagai tindak kriminal, pelecehan seksual, pergaulan bebas dan
kecanduan narkoba. Na’udzu billahi mindzalik.
Bahkan, seorang pemuda
yang visioner semestinya memiliki
pemikiran terbuka, luas dan kritis. Waktunya tidak hanya dihabiskan untuk
kepentingan dirinya, melainkan juga berwawasan lingkungan secara global;
bagaimana pula pandangannya atas kondisi kehidupan dunia saat ini. Disitulah
peran pemuda sesungguhnya.
Apabila kita ingin melihat masa
depan sebuah bangsa, maka perhatikanlah bagaimana keadaan para pemuda pada hari
ini. Sebagaimana pepatah bijak mengatakan:
شُبَّانُ الْيَوْمِ رِجَالُ الْغَدِ
Pemuda hari ini adalah pemimpin
di masa depan.
Adapun peran orangtua, hendaknya selalu memberi dukungan (support). Berikanlah kesempatan para pemuda untuk tampil; jangan didikte dan dibatasi untuk mengerahkan potensi yang kemampuan yang dimilikinya. Berikanlah kepercayaan kepada para pemuda, supaya mereka tumbuh dan berkembang, mendapatkan pengalaman dan kesempatan berharga, agar mereka tumbuh kuat untuk menjadi pemimpin di masa depan.
Tidak ada komentar